Monday, July 22, 2013

Kaligrafi

Sabtu, 20 Juli 2013, jam setengah sebelas di siang yang mendung, di kampus Dramaga. Aku baru saja menyelesaikan ujian ku dan membalas surat elektronik yang masuk setelahnya. Di jam – jam berikutnya aku belum bisa membayangkan hal apa saja yang akan aku lakukan. Tidak tau mau melakukan apa, akhirnya aku  memutuskan  untuk pergi ke Cikini seorang diri, memenuhi beberapa agenda yang belum sempat terlaksana. Yap... membeli buku di Taman Ismail Marzuki. Haha... Sudah lama memang berniat kesini.

Setelah puas memborong 2 buku epic ini (Jejak Langkah dan Madilog) aku mampir sebentar di gedung galeri di sebelah.

Eh, kebetulan sedang ada pameran Calligraphy Islam II di Galeri Cipta II Taman Ismail Marzuki. Sebagai pecinta seni rupa, tentu saja aku tidak mau melewatkan kesempatan ini.

Kaligrafi adalah suatu bentuk karya seni yang bermain dalam huruf arab dengan polesan sangat Indah, huruf – huruf yang diambil dari Al-Quran, mengandung makna di dalam keindahan rupa yang di ciptakan sang seniman. Ini adalah seni yang sangat mewah dan menakjubkan dalam perkembangan dan penyebaran agama Islam. Kreasi – kreasi yang dapat di buat dari kata – kata dalam Al-Quran sangat tidak terbatas. Kalau biasanya kita hanya melihat tulisan – tulisan pada dinding maupun ornamen – ornamen Mesjid ataupun rumah, maka inilah gambaran seni yang lebih luar biasa lagi:




Tentu tidak semua orang bisa mengetahu dan memahami arti di balik lukisan rangkaian huruf – huruf tersebut. Tapi tentu saja sang pencipta karya seni ini harus memahami dengan benar apa yang di buatnya, harus memahami dengan benar karakter huruf, kata, maupun kalimat dalam Al-Quran. Cukup berbahaya juga bila sang pencipta karya seni ini hanya asal dan mementingkan estetika belaka. Malah esensi dari kaligrafi tersebut tidak dapat di terima bukan?



Baiklah, sekian saja perjalanan ramdom kali ini. Sayang, aku tidak ingat dimana aku simpan kaligrafi – kaligrafi yang kubuat waktu SD dulu. Mungin lain waktu aku bisa coba buat lagi. Siapa tau dipajang ke galeri seperti ini. Haha (ngayal)

22 Juli 13
Baru niat posting sekarang. hehe.

Wednesday, July 17, 2013

Senyuman itu...

Assalamualaikum wr. wb.

Cahaya yang dipancarkan seseorang ketika bersenyum sangat luar biasa menurut ku. Melihat orang – orang berjabatan tangan, tersenyum, menucapkan salam. Subhanallah, seakan lupa akan masalah.

Aku teringat sebuah lagi dari grup nasyid asal Malaysia, Raihan, yang berjudul “Senyumlah”


Manis wajahmu kulihat di sana
Apa rahasia yang tersirat
Tapi zahirnya dapat kulihat
Mesra wajahmu dengan senyuman

Senyum tanda mesra senyum tanda sayang
Senyumlah sedekah yang paling mudah
Senyum di waktu susah tanda ketabahan
Senyuman itu tanda keimanan

Senyumlah...Senyumlah...
Senyumlah...Senyumlah...

Hati yang gundah terasa senang
Bila melihat senyum hati kan tenang
Tapi senyumlah seikhlas hati
Senyuman dari hati jatuh ke hati

Senyumlah...Senyumlah...

Senyumlah seperti Rasulullah
Senyumnya bersinar dengan cahaya
Senyumlah kita hanya kerana Allah
Itulah senyuman bersedekah

Senyumlah...Senyumlah...
Senyumlah...Senyumlah...

Itulah sedekah paling mudah
Tiada terasa terhutang budi
Ikat persahabatan antara kita
Tapi senyum jangan disalah guna

Senyum... senyum... senyum...
Senyumlah kita...

Aku membayangkan wajah seorang gadis kecil ceria sedang menggendong adiknya yang masih berumur 4 bulan sambil berjualan air mineral di depan Mesjid Istiqlal. Dia tersenyum, sungguh manis sekali. Sedikit aku ngobrol dan bercanda dengannya. Tawanya begitu jujur, senyumnya begitu ikhlas. Suatu jiwa yang masih sangat murni dan bersih.

Begitu indahnya ketika tersenyum, membuat orang yang melihat hatinya menjadi teduh, kapan pun bertemu dengan siapapun dalam kondisi apapun usahakan tersenyum. Karena senyuman akan mampu mencerahkan dunia yang kelam sekalipun.

Tuesday, July 16, 2013

Museum Traveling (Part 2: Etnobotani)

Assalamualaikum wr.wb.

1 ramadhan lalu, aku memutuskan untuk sedikit berkelana ke kota. Di postingan sebelumnya sudah aku tuliskan keadan Bogor yang sangat damai waktu itu bukan? Nah, inilah salah satu destinasi ku pada waktu itu. Entah kenapa baru terkumpul niatnya untuk menuliskan cerita itu hari ini, sepertinya memang karena aku sedikit malas menulis belakangan ini.

Musium Etnobotani : Jln. Ir. H. Juanda. No. 24 Bogor


Sama seperti 2 musium sebelumnya yang aku kunjungi, kosong, sendirian di ruangan yang cukup luas itu. Tak apalah, jadi lebih puas mengamati kalau sendirian. Hehe.

Pada intinya, musium ini menampilkan segala macam pernak – pernik kebudayaan Nusantara sejak zaman batu sampai sekarang (masih cukup banyak yang terlestarikan). Di bagian depan pintu masuk langsung di suguhi sebuah relief besar yang menggambarkan kondisi kebudayaan masyarakat di Nusantara pada waktu lampau. Tidak mahal kok tiketnya, cukup Rp. 3000 sudah puas berkeliling.

Ada suatu urutan yang dalam penempatan barang barang kebudayaan masa lampau ini mulai dari zaman batu, yang menampilkan batu – batu tidak jelas yang disitu tidak tertulis kegunaannya apa, tombak berburu, dan macam macam peralatan lain yang bukan mustahil masih ditemukan pada beberapa etnis pedalaman di Indonesia.

Ada banyak benda – benda seperti pakaian rumbai, alat dapur, alat rumah tangga, mainan anak-anak, senjata, alat musik dan sebagainya.

Ada lagi beberapa lokasi yang diklasifikasikan berdasarkan penggunaan tanaman tertentu, seperti benda – benda yang dibuat dari kelapa, bambu, pandan, labu, rotan, pisang, dan aren.

Ini yang paling keren, hasil fermentasi dan alat- alat untuk fermentasi di zaman dahulu kala. Disini alat fermentasi yang ditemukan adalah alat fermentasi tempe. (maklum, anak agroindustri, leluhur punya nih, hehe)
Selain itu ada pula pembuatan jamu, obat-obat herbal, dan pembuatan gula merah.


Ada pula beberapa alat – alat berat seperti bajak yang terbuat dari kayu yang sangat besar. Selain itu ada alat alat perikanan termasuk juga sampan primitif yang terbuat dari batang pohon untuh yang dikeruk dan dibentuk menjadi sampan. Luarbisa menakjubkan. Nenek moyang kita ini inventornya J



Wednesday, July 10, 2013

Dramaga-Bogor, 1 Ramadhan 1434 H

Assalamualaikum wr. wb.

Hari ini memang cukup syahdu boleh di bilang. Pagi tadi dinginnya udara menemani saat sahur sendirian. Keluar membeli makanan hangat, dinaungi langit gelap yang mendung.
Pagi harinya pukul 10.00 aku putuskan untuk sedikit berkelana ke kota. Mengunjungi beberapa tempat, dengan bebek besi ku yang STNK-nya masih mati. Maaf ya pak polisi, bukan bermaksud tidak taat hukum, tapi tak masalah kan sebenarnya, toh aku udah punya sim, STNK juga ada, hanya saja masa berlakunya yang sudah habis. Hehe.

Cuaca pagi ini hingga menjelang sore masih sama. Awan menggantung di atas kepala siap untuk mengguyurkan hujannya. Tapi asyik, udara dingin, sedikit – sedikit panas matahari, paling hanya gerimis kecil. Sepanjang perjalanan Dramaga – Bogor Kota biasanya ditempuh selama kurang lebih 15 sampai 20 menit dalam keadaan panas dan lalin padat merayap. Sekarang, hari ini... perjalanan bisa aku nikmati. Lebih dari 30 menit aku baru sampai ke Stasiun Bogor. Sama sekali tidak ada kemacetan yang berarti, yaah... paling hanya di depan pasar saja yang macet, biasalah persiapan berbuka.

Mengitari kota bogor yang sangat lengang seperti ini adalah suatu hal yang ajaib menurut ku. Di bawah naungan awan dengan cuaca yang sangat lembut memanja, ku pacu si hitam lambat – lambat, sambil senyum – senyum kekaguman. Kalau saja Bogor bisa setiap hari seperti ini, tentulah aku mau menetap di sini. Damai rasanya.

Dramaga, 10 Jul. 13
14.30 WIB

Monday, July 1, 2013

Museum Traveling (Part 1: Museum PETA)


Lanjut ya?

Nah, pada hari ini juga, masih ada satu meseum lagi yang ingin aku kunjungi. Masih seputar museum yang bertema perjuangan bangsa, kali ini aku memacu motor ku menuju monumen dan museum PETA.

Destinasi ke-2: Museum dan Monumen Pembela Tanah Air (PETA). Jalan Jendral Soedirman no.35


PETA atau pembela tanah air adalah pasukan yang dibentuk di bawah imperum kekaisaran jepang. Atas usul para petinggi bangsa dan ulma pada saat itu seperti Raden Gatot MangkoepradjaSoekarno, Hatta, Ki Hajar Dewantara, KH Mas Mansyur, Buya Hamka dan kawan – kawan maka disetujilah pembentukan pasukan ini. Para pemuda sukarela yang masuk ke dalam akademi militer pertama bangsa ini langsung disuguhi ilmu – ilmu peperangan modern dengan segala peralatan dan persenjataan mesin yang ssudah cukup mumpuni pada waktu itu. Namun melihat rakyat yang semakin sengsara akibat pendudukan jepang di bumi pertiwi dengan sistem romusha-nya yang bahkan lebih keji dari pada bangsa belanda dengan tanam paksanya, para prajurit PETA itu tersulut kobaran emosi. Maka terjadilah pemberontakan dimana – mana dari segala macam organisasi bentukan jepang yang dulunya bertujuan untuk membungkam rakyat indonesia sendiri. Khususnya pemberontakan PETA di Blitar yang dipmpin oleh Supriadi.

Singkat cerita setelah Hiroshima dan Nagasaki di luluh-lantakkan bom atom Amerika, tentara PETA dan para pemuda terus mengawal persiapan kemerdekaan hingga dikibarkannya sang saka Merah Putih tanggal 17 Agustus 1945. Setelah itu, PETA pun dibubarkan demi menghapus jejak jepang di Indonesia dan dibentuklah BKR atau Badan Keamanan Rakyat yang menjaga kedaulatan negara yang masih muda ini dari nafsu negara belanda yang ingin merebut kembali tanah jajahannya.

Itulah cerita singkat yang bisa aku sampaikan melalui perspektifku dari relief yang terpahat pada monumen PETA ini. Ditengah monumen terdapat Patung Panglima Besar Jendral Soedirman berdiri kokoh nan gagah. Singkat saja kunjungan ku disini, sebenranya saat itu para tentara sedang ada hajatan pernikahan salah seorang kerabatnya di aula. Kondisi monumen sendiri masih sangat baik dan terawat. Yah memang karena tempat ini masih sering dipergunakan para anggota TNI tentunya.

Ada kata – kata yang sangat bagus dituliskan pada monumen ini :


"Kami datang berkumpul di Bogor tidak saling mengenal, kami berpisah sebagai kawan seperjuangan untuk membela Tanah Air"

Dalam perjalanan pulang, aku sempatkan diriku mapir ke Taman Makam Pahlawan, Dreded, Bogor. Di depan monumennya aku berdoa, semoga arwah mereka diterima disi-Nya sebagai pahlawan yang mati syahid demi kemerdekaan bangsanya, terbebas dari penjajahan.

Sekian perjalanan ku hari ini.

30 Mei 2013

Bogor

Museum Traveling (Part 1: Museum Perjuangan Bogor)

Assalamualaikum..
Liburan kali ini memang berbeda dan harus berbeda dari sebelumnya. Kalau tahun lalu aku pulang kerumah setelah UAS berakhir kali ini tidak. Walaupun misi utamanya memang hanya berupa nilai terbaik di satu mata kuliah mayor 3 SKS, tapi waktu yang diselipkan diantaranya begitu banyak dan melimpah. Syukurlah ada kakak yang bisa memberikan rekomendasi. Tak pernah terfikir sebelumnya bahwa kekosongan waktu ini bisa dimanfaatkan untuk menjelajah kota kedua ku ini. Sedikit malas beranjak dari Dramaga sebenarnya kalau mengingat panas dan macetnya kota bogor, belum lagi menatap STNK yang sudah mati sejak 19 Juni lalu. Ah, masa bodo, dari pada bengong, maybe IT’S TIME TO EXPLORE. :D

Destinasi pertama, Museum Perjuangan, Jalan Merdeka No. 56

Masuk ke dalam halaman museum rasanya aneh, museum ini berada ditengah keramaian, tapi miris melihat kondisinya yang sepi. Aku masuk sendirian, tidak ada satupun orang yang berkunjung. Hanya ada sorang bapak yang mencabuti rumput liar di halamannya. Bahkan sang penjaga tidak ada. Baiklah, untung bapak itu mau mengurusi registrasi ku. Rp. 3000 cukup untuk menikmati aroma perang menuju kemerdekaan. Saat masuk, aku disambut dengan patung hijau setengah badan Kapten TB.Muslihat. Beliau lahir di pandeglang 25 September 1925, gugur pada tanggal 25 Desember 1945. Ada apa dengan tanggal 25 dalam hidupnya. Tak disangka ternyata ada juga pahlawan besar yang lahir pada tanggal yang sama dengan aku lahir. Hehehe (jadi pengen ziarah ke makamnya :D)
Kapten TB.Muslihat

Museum ini diisi oleh berbagai maccam senjata perang yang digunakan para pejuang kita dahulu. Mulai dari bambu runcing, molotov, senapan, sampai senjata berat seperti gambar satu ini

Yap, ini adalah senjata anti pesawat tempur yang digunakan para pejuang untuk menjatuhkan gempuran musuh dari angkasa. Ada pula mortar, granade thrower, jenis – jenis granat, berbagai macam pistol yang tentu kesemuanya masih menggunakan bahan dari besi yang tebal dan berat. Ada pula senapan mesin automatic hasil dari melucuti persenjataan tentara Dai Nippon yang lari terbirit – birit setelah Hiroshima dan Nagasaki di bom atom Amerika. Kesempatan itu tidak disia-siakan pejuang kita untuk memperkuat sistem persenjataan. Persiapan kemerdekaan.

Beberapa Koleksi Senjata Berat dan Amunisinya
Selain itu, ada pula diorama – diorama yang aku sendiri tidak mengetahui cerita dibalik diorama itu.

Ada juga klipping surat kabar tempo dulu yang memuat tulisan Soekarno dan Hatta pada saat HUT RI ke 1. Beserta ucapan selamat dari berbagai negara lain seperti India, Mesir, dan Australia. Naik ke lantai dua, suasana lebih menyeramkan bro. Gua sendirian mameennn...
Beberapa klipping surat kabar Berbahasa Belanda dan Indonesia

Ada banyak baju – baju bekas milik para pejuang kita yang membuat ruangan ini terlihat lebih spooky, ada baju, sepatu, celana, baret, dan lainnya. Tetapi yang lebih menarik adalah melihat peralatan seperti telepon kuno, mesin ketik, dan mesin apa lagi yang satu ini aku lupa. Hehe.
Peralatan yang digunakan untuk menunjang perlawanan terhadap agresi Belanda

Yah inilah perjalanan singkat ku di museum perjuangan. Di akhir perjalanan aku bertemu dengan bapak sang penjaga museum. Ternyata beliau berujar, “museum ini ga pernah sepi pengunjung kok, pasti ada saja setiap hari.” Yah mudah – mudahan lebih banyak lagi orang yang mau berkunjung ke museum dan mencoba peka akan sejarah perjuangan para pemuda dan seluruh rakyat di medan perang maupun di meja perundingan. Kalau dulu mereka kalah dalam perjuangan, coba berimajinasi, ada di mana kau sekarang?

Bersambung...