Thursday, August 29, 2013

It's A Half Way There

Seketika teringat pada sebuah bait lirik lagi Bon Jovi, Livin on a prayer.

Theodore Roosevelt
Lagu ini dahulu cukup aku senangi diantara lagu-lagu Bon Jovi lainnya. Sedikit menelaah, lagu ini bercerita tentang sepasang suami istri yang berjuang keras dalam menjalani kehidupan. Tommy namanya, dia seorang buruh yang bekerja di pelabuhan. Istrinya Ginna, bekerja sepanjang hari di diner. Mereka berdua berbagi duka. Beratnya mencari nafkah membuat Ginna tidak tahan dan berpikir untuk lari, tetapi Tommy berbisik padanya: Baby, It’s Okay... Someday... We got to hold on to what we’ve got, it doesn’t make a difference if we make it or not, we’ve got each other and that’s a lot of love. We’ll give it a shot.

Hehe... tapi sebenarnya kali ini bukan hal itu yang membuat aku ingin menulis. Bait inilah: it’s a half way there, we livin on a prayer, take my hand and we’ll make it I swear. We livin on a prayer.

Yeah. Its just half way there. I’ve taken my half way two years ago.

Wisuda. Tentunya bukanlah tujuan akhir. Tapi 2 tahun sudah aku jalani perkuliahan, dan sebentar lagi akan menempuh setengah sisanya, wisuda adalah dambaan setiap mahasiswa. Kan benar? Kan aku tidak salah? Wisuda adalah titik awal dari sebuah penutup lembaran lama menuju dunia nyata pikirku. Setengah lagi kebahagian sebagai mahasiswa akan berakhir. Kata orang, ambillah postgraduate biar kau tetap bisa disebut sebagai mahasiswa, jika kau ingin. Hmm... sudah sejauh langkahku sekarang jika tanpa izinNya tak mungkin aku sampai ke tanah ini. Pun jika Dia menghendaki, tentu aku ingin melanjutkan studi. Tepat seperti lagu ini, Berusaha dan berdoa. Aku pun begitu.

Tak inginku setengah jalan yang lalu menjadi hampa. Tak ingin juga setengah jalan kedepan tak meninggalkan bekas apa-apa. Sampai pada garis dimana aku harus memulai lagi.

Friday, August 16, 2013

Kisaran on The Spot

Lebih tepat disebut Kisaran City atau Kisaran Town? Mungkin dari segala aspek baik dari ukuran, fasilitas publik, maupun populasi, kota ini masih lebih pantas disebut Town ya.
Baiklah, ini dia sudut-sudut kota kisaran yang cukup menarik kalau tidak bisa dikategorikan sebagai menarik.

Dibelah oleh jalan lintas sumatera (Jalinsum) bagian timur yang menghubungkan Aceh sampai dengan Lampung, membuat kisaran pasti dikenal oleh sebagian besar sopir bus dan truk. Hehe.
Gapura Kota Kisaran

ini nih, Gapura kota Kisaran, dahulunya ada lempengan besi tuh di atasnya. kok udah hilang ya? hmm... padahal, kalo ga salah, biaya pembangunan gapura ini cukup besar loh. hasilnya? weeh..

Gedung 'Istana' Kantor Bupati Kabupten Asahan
Gedung kantor Bupati udah ngalah-ngalain istana presiden megahnya. Wah, moga aja bapak-bapak yang kerja di sana itu betah ya? Hehe apalagi di sebelah rumah dinas pak bupati, kan enak tinggal nyebrang hihi
Tugu Adipura

Nah ini dia Tugu Adipura, udah berapa kali ya dapet adipura? hmm


Jalan tol dalam kota (bebas macet) hehe Jln HOS Cokroaminoto. Jalur utama dalam kota Kisaran.

Kisaran mempunyai tempat olah raga elit, yaitu Golf. Hehe. Walaupun Lapangan Golf ini milik salah satu perusahaan besar di Kisaran, tapi cukup keren juga bila dibandingkan dengan kota-kota tentangga yang tidak memilikinya.

Perusahaan itu bernama Bakrie Sumatera Plantation. Dari namanya saja pasti sudah tau kan milik siapa? Dulunya, perusahaan ini dijalankan oleh orang – orang Belanda pada zaman kolonial yang bernama perusahaan ‘Uni Royal’. Ya di Kisaran ini pusatnya. Komoditas yang dikembangkannya adalah karet. Mulai dari perkebunannya yang sangat luas, jalur transportasi menggunakan kereta kecil yang bernama kereta api ‘muntik’, hingga pabrik pegolahannya. Tapi sayangnya, saat ini produksi utama bukan lagi komoditi karet, namun di ganti menjadi kelapa sawit. Ya wajar saja, harganya memang menggiurkan dan pasti menimbulkan keuntungan yang lebih besar. Lokasi perusahaan, pabrik, dan perkebunan yang terintegrasi ini juga memberikan kelas masyarakat baru kala itu. Para pimpinan perusahaan dan petinggi lainnya tinggal di perumahan mewah (bayangkan rumah-rumah besar ala belanda) dalam satu komplek. Sedangkan para pegawainya ditempatkan di perumahan sekitar pabrik. Berbeda lagi pada kelas buruh di perkebunan yang bertugas memelihara hingga menyadap karetnya, ditempatkan di sekitarnya. Aku membayangkan kota ini merupakan salah satu kota yang cukup maju di zaman itu.

Tugu Perjuangan
Tugu perjuangan. Aku belum berhasil mendapatkan literatur dan informasi sejarah tentang ini. Sayang sekali.
Jalan Imam Bonjol

Times Square-nya kota kisaran, hehe jalan Imam Bonjol-Simpang Panglima Polem, dengan segala macam pertokoan dan tempat transaksi uang terbesar di Kisaran.

Pajak Kisaran (read: Pasar). Entah dari mana asalnya kata Pasar (yang orang Indonesia sepakat menjadikannya sebagai nama lokasi perdagangan tradisional) menjadi Pajak (khusus sumatera utara). Sedangkan kata “pasar” artinya adalah Jalan yang telah di Aspal (dalam pengertian orang Sumatera Utara). Hal itu sih bukan keunikan dari kota ini. Hal itu umum di Sumatera Utara. Mungkin unik bagi Indonesia. Hehe. 

Tapi, yang aku salut dari pajak Kisaran ini adalah bagian penjualan daging ayam dan sapi. Kenapa? Coba lihat saja, di tempat lokasi penjualan daging ayam juga sekaligus tempat penjagalannya. Tidak tanggung tanggung di situ juga bulunya di bersihkan. Jadi? Terjamin bukan kehalalan dan kesegarannya?
Begitu pula halnya dengan daging sapi walaupun tidak di jagal di lokasi, namun setelah di jagal di rumah penjagalan, sapi kemudian dibawa ke outlet daging sapi di Pajak ini untuk di kuliti, dibersihkan, dan dipotong-potong di tempat. Masih segar bukan? Hayooo silahkan diterapkan di daerah kalian. Hehe.

Pendopo dan Lapangan Parasamya
Pendopo dan Lapangan Parasamya, sebagai alun – alun kota. Biasanya disini dilaksanakan upacara 17 Agustus dan acara – acara formal lainnya. Dahulunya di seberang jalan pendopo ini adalah taman makam pahlawan, namun karena dipandang terlalu sempit, akhirnya makam-makam para pahlawan ini dipindahkan di Jalan Lingkar Luar Kisaran yang juga merupakan jalan Lintas Sumatera Utara.

Jembatan = Titi (bahasa Sumatera utara, hehe)
Kota kisaran ini dilintasi satu sungai besar, yaitu sungai silau. Ada 2 jembatan yang dibuat untuk mengakomodasi akses kota ini.

Universitas Asahan (UNA)
Kota ini juga memiliki Universitas sendiri loh, jangan salah. Kita patut bangga juga, mana ada kota – kota tentangga yang punya kompleks universitas semacam ini. Universitas Asahan (UNA) namanya. Memang belum termasuk salah satu universitas negeri, tetapi sedang menuju perizinan ke arah sana. Semoga saja terus terjadi inovasi-inovasi dan perbaikan, harus bisa sejajar dengan perguruan tinggi negeri lain di Indonesia.

Tugu Pancasila di Komplek Universitas Asahan
Di kompleks Universitas ini juga terdapat Monumen Pancasila. Ini dia. Lagi-lagi aku tidak berhasil menemukan literatur maupun cerita-cerita dibalik Monumen ini. Barangkali orang hanya melihatnya sebagai hiasan jalan saja.
Gedung walet
Gedung-Gedung pencakar langit kota ini ada juga lho.. mau tau? walau hanya memiliki 3-6 lantai tetapi ajaib, penghuninya burung walet. haha. Dahulu sih sekitar tahun 90an - 2005 sepertinya burung waletnya masih banyak, tapi sekarang tinggal suara bising rekaman kicauan walet yang diputar dari dalam gedung untuk menarik walet-walet membuat sarang di dalam sana. Kasian.

masih banyak lagi sepertinya, mungkin sih di masukin ke Blog ini satu per satu. tapi masih blum terlalu mood. nantilah ya. hehe


Thursday, August 15, 2013

Kisaran, My Hometown

Aneh memang namanya, Kisaran, nama macam apa itu, hehe. Tapi semuanya pasti punya asal usul kan.

Menurut buku Cerita Rakyat: ”Legenda Kisaran Naga” yang dikarang oleh Bapak. R. Sutrisman, M.E.S.Sos. bahwa nama Kisaran diambil dari sebuah perkampungan yang disebut Kampung Kisaran Naga.
Sungai Silau
”pada suatu hari hujan turun sangat lebat, petir sambung menyambung, angin topan bertiup sangat kencang, kayu ara dan pohon kelapa di tepi sungai bertumbangan. Sehingga orang-orang kampung pun berhamburan keluar rumah karena takut tertimpa pohon yang roboh . air-air sungai mendadak naik sampai ke bibir sungai. Dalam kepanikan itu tiba-tiba salah seorang warga melihat ada makhluk yang berkisar-kisar di bawah timbunan pepohonan yang tumbang. Dan rumput kelayau pun terkuak seolah-olah ada yang membuka. Ia pun berteriak ”naga berkisar,....naga berkisar.....” orang kampung pun segera mendekati orang yang berteriak tersebut. ”mana ular naganya??” orang yang pertama melihatpun menunjuk ke arah tumpukan pepohonan yang tumbang ”itu........., tengoklah”. Mereka melihat dengan jelas seekor ular besar seperti naga tubuhnya bahkan lebih besar dari pohon durian tua dan sangat panjang. Tubuh ular itu sudah berselimut, bahkan rumput-rumputan sudah tumbuh di atasnya. Ular naga itu terus bergerak berkisar dengan mengibas-ngibaskan ekornya untuk menyingkirkan pepohonan yang menimpa tubuhnya. Lalu ia menuju ke sungai yang sudah meluap dan menghanyutkan diri ke hilir sungai silau, sampai ke muara sungai Asahan di Tanjung Balai.

Itulah sekelumit dongeng asal mula nama ”Kisaran” 

Aku dilahirkan di kota ini, dibesarkan di sini, sekolah disini, bermain di berbagai sudutnya. Sembilan belas tahun sudah aku bersamanya, tentulah sudah banyak perubahan dimana-mana. Satu yang tak berubah kurasa, orangnya. Ya aku tau, sifat masyarakatnya masih tetap sama seperti dulu meski serangan individualistik perkotaan memang merangsek di sebagian besar tampak luar penduduknya, namun sifat alamiahnya masih tetap bertahan. Sedikit susah juga menjelaskannya, apalagi aku bukan ahli sosiologi, meskipun begitu dari pengamatanku selama hidup di kota ini ada hal yang aku rasa cukup menonjol, yaitu rasa kedamaian dan sifat santai masyarakatnya. Dengan segudang permasalahan yang pasti dimiliki setiap individunya, tapi setiap sore lihatlah keramaian jalan yang dipenuhi kendaraan bermotor berjalan santai di sisi kiri badan jalan. Tidak hanya di malam minggu, setiap hari mulai dari pukul 5 sore, biasanya lebih banyak ABG labil sebenarnya, tapi orang-orang dewasa juga tidak mau ketinggalan. Bahkan pada kondisi harga BBM yang selangit ini saja sepertinya sulit untuk membendung mereka menikmati suasana damai kota di sore hari dengan slow riding motion.

Dilihat pagi hari, sangat berbeda apabila dibandingkan dengan kota bogor, kecepatan pergerakan roda ekonominya juga begitu santai. Mungkin karna tidak terlibat langsung, tapi itulah yang terlihat secara kasat mata.
Tugu Perjuangan, di jantung kota Kisaran

Ibu kota kabupaten Asahan ini juga belum memiliki pusat perbelanjaan yang biasanya sudah menjadi bangunan lazim yang terdapat pada kota-kota tetangga, mungkin para investor enggan menanamkan modalnya untuk itu karena melihat daya ekonomi yang kurang bergairah di kota ku ini. Namun itu bukanlah sebuah ukuran tentunya, tinjauan lain yaitu dengan adanya toko-toko baru bermunculan setiap aku kembali ke kota ini. Terkadang membuat aku tersenyum melihat sisi kiri-kanan jalan melihat toko, resto, bahkan tempat tukang pangkas baru. Artinya ada kemajuan cukup berarti walau perlahan. Sempat tebesit ingatan cita-cita lama yang terpendam, membangun monopoli bisnis di kota ini, membangun berbagai macam toko dan membuka berbagai macam bisnis di sini, dalam satu komando di tanganku. Hehe. Dulu itu aku ingat berfikir seperti itu karena sehabis nonton suatu film yang aku lupa judulnya.

Jalan Lintas Sumatera (bagian Timur) dalam wilayah kota Kisaran
Tidak ada yang begitu spesial atau sangat unik dari kota ini yang bisa mengangkatnya di kancah nasional saja, atau mungkin belum tereksplorasi. Sama saja dengan kota-kota tetangga di sumatra utara di tepian timur ini, sudah barang tentu kotanya selalu di kelilingi oleh daratan luas yang ditanami pohon kelapa sawit atau pohon karet. Muak sebenarnya melihat pemandangan di sepanjang jalan lintas sumatera itu yang selalu menyuguhkan pemandangan barisan pohon-pohon sawit. Tapi mau bagaimana lagi, memang inilah penyumbang salah satu kebanggaan Indonesia di dunia yaitu sebagai produsen nomor 1 Crude Palm Oil (CPO). Semoga saja industri hilirnya juga terus berkembang memajukan Sumatera dan Indonesia pstinya. Jangan puas hanya dengan produksi bahan mentah. okay? hehe. segini dulu lah.

bersambung...