Tuesday, October 15, 2013

Dimas & Raihan

Assalamu’alaikum

Selamat pagi adek-adek ku. Aku yakin kalian masih tertidur pulas saat ini (atau tidak). Aku tak tau kenapa aku bangun sepagi ini dan sesemangat ini. Jujur, sambil qiyamul lail tadi, aku tak kuat menahan rindu dengan kalian. Tak seperti biasanya ya memang, kan aku lebih sering cuek pada kalian, jarang sekali kita sms-an, bahkan kalau kita berjumpa di duia maya pun begitu jarangnya kita chattingan. Paling kalau aku sempat menelpon umi atau umi menelpon terlebih dahulu kita bisa saling mengobrol. Itu pun aku rasa sering ada yang kurang. Yah... kurang, kita tak bisa bercanda seperti kita benar-benar bertatap muka. Bergelut sesuka kita di rumah saat dulu kita masih kecil-kecil.

Abang sudah jauh di bogor, Buya pun jauh di Samarinda. Tapi aku yakin kita tetap satu. Bukankah buya selalu mengajarkan pada kita bahwa kita bersaudara, selalu harus saling mendukung dan melindungi? Kalau ada satu diantara kita dipukul, kita pasti akan membalasnya 3 kali lebih keras bukan? Karena kita 3 bersaudara yang tak bisa dilepaskan satu sama lain.

Belakangan, abang sering memperhatikan perkembangan kalian. Dimas sudah menjadi ketua Osis di SMA yang dulu pernah abang cintai. Teringat kala itu aku belum jadi apa-apa. Sampai lulus pun tak meninggalkan jejak apa-apa. Siapa guru disana yang tidak mengenal kau dek? Hehe... beda sekali dengan abang mu ini. Dimas adek ku, secara sifat alami, kita berdua sangat bertolak belakang kata umi. Abang rasa mungkin benar. Kau memang lebih ambisus dibandingkan abang. Aku pun sudah tau sejak dahulu bahwa kau lah yang paling jenius diantara kita bertiga. Namun kau juga yang paling keras kepala bukan? Hehe. Tak apa, semua orang punya kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Tergantung orang itu mau melahat apakah kekurangannya adalah kekurangannya. Jangan terpengaruh kalau aku bilang itu kekurangan mu, kalau kau merasa itu juga kelebihanmu maka asahlah.

Adikku Raihan, aku tau secara emosional kita benar-benar sangat dekat ya dek. Aku selalu bertindak kekanak-kanakan kalau aku bersamamu. Sampai sekarang kan? Aku suka kerjaan gila kita bermain-main dirumah seperti anak kecil. Padahal umur abang sudah kepala 2 dan kau sudah bukan anak kecil lagi. Kau anak bungsu yang manja. Memang seperti itulah katanya sifat anak bungsu. Kau tau, aku iri dengan posturmu yang tegap berisi itu. Badanmu sehat dan secara fisik berpotensi paling kuat diantara kita bertiga. Aku membayangkanmu seperti sosok Umar r.a kala kau besar nanti. Olahragalah di bidang yang kau sukai dek. Tak usah perdulikan orang lain yang memberikan saran. Jangan contoh abangmu ini yang tak punya keahlian olahraga apapun. Akademikmu juga selalu bagus, bahkan abangpun tak bisa menandingi rekord mu. Selalu menjadi pemimpin di setiap kondisi. Aku suka sekali ketika mendengar cerita dari umi bahwa kau memprotes nilaimu pada guru mu yang semena-mena itu ya dek? Hajar... abang mendukungmu. J

Kalian berdua telah menjadi apa yang kalian bisa, disaat ketika umur abang sama seperti kalian, abang belum berbuat apa-apa.
Ambillah yang baik dari abangmu ini, buang jauh-jauh yang jelek.
Carilah jati diri kalian, jangan tiru apa yang ada di abang semuanya. Jika kalian suka menggambar, lakukanlah karena kalian benar-benar suka. Jika kalian suka main gitar, lakukanlah karena kalian memang suka. Lakukanlah apapun selama itu dalam koridor Agama yang tentunya kita bertiga paham lah ya?
Kalau Buya dan abang mendorong kalian untuk membaca, janganlah merasa itu sebuah tekanan. Kalian akan tau betapa besar manfaat yang akan kalian dapatkan nantinya kalau mau rajin membaca sedini mungkin. Jangan sampai menyesal seperti aku. Kalau kalian suka, carilah bacaan yang kalian mau. Abang siap membelikan buku-buku yang kalian inginkan, karena abnag tau fasilitas di dareah kita sangat tidak cukup buat kalian yang jauh diatas rata-rata teman sebaya kalian. Ohiya, sering-seringlah keperpustakaan daerah ya. Walaupun koleksinya sedikit, tapi lumayanlah.

Ya Allah, jadikanlah adik-adikku sebagai Muslim yang bijak, cerdas, dan kuat.
Lisan mereka baik, perangai mereka pun baik, layaknya Muhammad SAW.
Ya Allah, biarkan aku jadi pijakan kaki adik-adikku sehingga mereka bisa terbang tinggi menggapai mimpi-mimpinya.
Sekarang pun mereka telah berda jauh diatas, aku siap dan  harus melecutkan mereka lebih tinggi lagi.
Ya Allah, sayangi dan bimbing mereka di jalan-Mu.
Menjadi pembela Agama, dengan apa yang mereka punya.
Ya Allah, sampaikanlah salam rinduku pada mereka.

Aku suka gambar ini :)

Bogor, 10 Dzulhijjah 1434, 03.00 am
Disela-sela takbir yang berkumadang.

*kalian pasti tertawa melihat raut muka ku sekarang seandainya kalian bisa lihat. hehe