Assalamu’alaikum
Selamat pagi adek-adek ku. Aku yakin kalian masih tertidur
pulas saat ini (atau tidak). Aku tak tau kenapa aku bangun sepagi ini dan sesemangat ini. Jujur,
sambil qiyamul lail tadi, aku tak kuat menahan rindu dengan kalian. Tak seperti
biasanya ya memang, kan aku lebih sering cuek pada kalian, jarang sekali kita
sms-an, bahkan kalau kita berjumpa di duia maya pun begitu jarangnya kita chattingan.
Paling kalau aku sempat menelpon umi atau umi menelpon terlebih dahulu kita
bisa saling mengobrol. Itu pun aku rasa sering ada yang kurang. Yah... kurang,
kita tak bisa bercanda seperti kita benar-benar bertatap muka. Bergelut sesuka
kita di rumah saat dulu kita masih kecil-kecil.
Abang sudah jauh di bogor, Buya pun jauh di Samarinda. Tapi aku
yakin kita tetap satu. Bukankah buya selalu mengajarkan pada kita bahwa kita
bersaudara, selalu harus saling mendukung dan melindungi? Kalau ada satu
diantara kita dipukul, kita pasti akan membalasnya 3 kali lebih keras bukan? Karena
kita 3 bersaudara yang tak bisa dilepaskan satu sama lain.
Belakangan, abang sering memperhatikan perkembangan kalian.
Dimas sudah menjadi ketua Osis di SMA yang dulu pernah abang cintai. Teringat kala
itu aku belum jadi apa-apa. Sampai lulus pun tak meninggalkan jejak apa-apa. Siapa
guru disana yang tidak mengenal kau dek? Hehe... beda sekali dengan abang mu
ini. Dimas adek ku, secara sifat alami, kita berdua sangat bertolak belakang kata
umi. Abang rasa mungkin benar. Kau memang lebih ambisus dibandingkan abang. Aku
pun sudah tau sejak dahulu bahwa kau lah yang paling jenius diantara kita
bertiga. Namun kau juga yang paling keras kepala bukan? Hehe. Tak apa, semua
orang punya kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Tergantung orang itu mau
melahat apakah kekurangannya adalah kekurangannya. Jangan terpengaruh kalau aku
bilang itu kekurangan mu, kalau kau merasa itu juga kelebihanmu maka asahlah.
Adikku Raihan, aku tau secara emosional kita benar-benar
sangat dekat ya dek. Aku selalu bertindak kekanak-kanakan kalau aku bersamamu. Sampai
sekarang kan? Aku suka kerjaan gila kita bermain-main dirumah seperti anak
kecil. Padahal umur abang sudah kepala 2 dan kau sudah bukan anak kecil lagi. Kau anak bungsu yang manja. Memang seperti
itulah katanya sifat anak bungsu. Kau tau, aku iri dengan posturmu yang tegap
berisi itu. Badanmu sehat dan secara fisik berpotensi paling kuat diantara kita
bertiga. Aku membayangkanmu seperti sosok Umar r.a kala kau besar nanti. Olahragalah
di bidang yang kau sukai dek. Tak usah perdulikan orang lain yang memberikan
saran. Jangan contoh abangmu ini yang tak punya keahlian olahraga apapun. Akademikmu
juga selalu bagus, bahkan abangpun tak bisa menandingi rekord mu. Selalu menjadi
pemimpin di setiap kondisi. Aku suka sekali ketika mendengar cerita dari umi
bahwa kau memprotes nilaimu pada guru mu yang semena-mena itu ya dek? Hajar...
abang mendukungmu. J
Kalian berdua telah menjadi apa yang kalian bisa, disaat ketika
umur abang sama seperti kalian, abang belum berbuat apa-apa.
Ambillah yang baik dari abangmu ini, buang jauh-jauh yang
jelek.
Carilah jati diri kalian, jangan tiru apa yang ada di abang
semuanya. Jika kalian suka menggambar, lakukanlah karena kalian benar-benar
suka. Jika kalian suka main gitar, lakukanlah karena kalian memang suka. Lakukanlah
apapun selama itu dalam koridor Agama yang tentunya kita bertiga paham lah ya?
Kalau Buya dan abang mendorong kalian untuk membaca, janganlah
merasa itu sebuah tekanan. Kalian akan tau betapa besar manfaat yang akan
kalian dapatkan nantinya kalau mau rajin membaca sedini mungkin. Jangan sampai menyesal
seperti aku. Kalau kalian suka, carilah bacaan yang kalian mau. Abang siap membelikan
buku-buku yang kalian inginkan, karena abnag tau fasilitas di dareah kita
sangat tidak cukup buat kalian yang jauh diatas rata-rata teman sebaya kalian. Ohiya,
sering-seringlah keperpustakaan daerah ya. Walaupun koleksinya sedikit, tapi
lumayanlah.
Ya Allah, jadikanlah
adik-adikku sebagai Muslim yang bijak, cerdas, dan kuat.
Lisan mereka baik,
perangai mereka pun baik, layaknya Muhammad SAW.
Ya Allah, biarkan aku
jadi pijakan kaki adik-adikku sehingga mereka bisa terbang tinggi menggapai
mimpi-mimpinya.
Sekarang pun mereka
telah berda jauh diatas, aku siap dan harus melecutkan mereka lebih tinggi lagi.
Ya Allah, sayangi dan bimbing mereka di jalan-Mu.
Menjadi pembela Agama,
dengan apa yang mereka punya.
Ya Allah, sampaikanlah
salam rinduku pada mereka.
Aku suka gambar ini :) |
Bogor, 10 Dzulhijjah 1434, 03.00 am
Disela-sela takbir yang berkumadang.
*kalian pasti tertawa melihat raut muka ku sekarang
seandainya kalian bisa lihat. hehe
Subhanallah :) makasih abang atas do'a dan dukungan abang selama ini.. ohyah FYI, aku lagi makan pas abang nulis ini :D hha
ReplyDelete