Saturday, June 15, 2013

Personality Test is Bullshit Man!

Sekali waktu aku pernah melakukan tes kepribadian “personality plus” beramai – ramai dengan beberapa teman. Yap, hasilnya menunjukkan persentase tertinggi dengan sifat Melancholis, diikuti dengan koleris, plegmatis, dan terakhir sanguinis dengan persentase yang hampir merata untuk ketiga tipe sifat ini kecuali sangunis yang sangat kecil persentasenya. Kontan saja langsung aku sebagai lelaki dengan sifat melankolis menjadi bahan tertawaan teman – teman lainnya. Mereka bilang, “cowo kok melankolis, sering murung ya sendiri di kamar???” Bahkan lagu – lagu favorit ku yang beraliran classic rock juga terkena imbas, “wah memang bener tuh, org melankolis lagu – lagunya aja temanya banyak yang meratapi diri.” Sejak kapan lagu classic rock temanya ratapan cuy? coba lihat lagu - lagunya bon jovi? led zappelin? ini lagu balada kehidupan cuy! Begitulah pikiran yang tertanam secara umum terhadap sifat melankolis. Damn, they just don’t know what they’re talkin about.

Melankolis itu hanya satu dari 4 kategori sifat yang secara natural pasti ada dalam diri setiap orang. Sebenarnya aku tidak sependapat dengan pengkategorian sifat – sifat manusia hanya kedalam 4 tipe ini. Kecenderungan dari satu sifat itu memang selalu ada, tapi setiap manusia itu berbeda, aku tidak setuju bila diukur dengan persentase dan angka. We are human, the most complex creature in the world. Bahkan parahnya, personality plus sering menjadi acuan untuk menentukan atau men-judge sifat seseorang, terkadang tanpa melihat sisi baiknya. Bukankah Allah menciptakan setiap manusia itu berbeda satu sama lainnya, bahkan orang kembar siam sekalipun memiliki perbedaan dalam sidik jarinya. Aku rasa tak kan ada satupun pendekatan yang sempurna untuk menilai dan mengategorikan sifat – sifat manusia itu sendiri.

Memang yang paling umum digunakan adalah keempat sifat ini, cukup mewakili, apabila orang – orang mau memandangnya sebagai penilaian holistik, bukan hanya menilai dari sifat dominannya saja yang dideskripsikan secara satuan.

Contoh gampangnya seperti ini:  (m=melankolis; p=plegmatis; k=korelis; s=sanguinis)

Seseorang suka bekerja dengan teliti (m), suka menganalisis sifat – sifat seseorang entah itu dari gerak geriknya, maupun dari kebiasaannya (m), senang melihat dan mengawasi (p), bisa menjadi pendengar yang baik (m/p), suka menggunakan cara termudah dalam mengerjakan sesuatu(p), suka bersantai dan tempat penuh ketenangan (p), suka bereksplorasi dan bertualang ke alam (k), tenang dan tidak banyak omong (p), dan saebagainya......

Saking konsistennya jadi sering terbawa oleh pendapat yang dirasa sudah nyaman (m), kurang vokal menyampaikan pemikirannya yang dia yakin belum tentu benar (m), saking pentingnya hasil pekerjaan sering di cross check berulang kali (m), tidak suka melihat orang tidak bekerja sedangkan diri sendiri sedang bekerja keras dalam satu tim (k), emosi meledak – ledak melihat orang yang malas bekerja dalam tim (k), keras kepala dalam mempertahankan apa yang dianggapnya benar (k), dan banyak lagi.......

Hehehe.... sebenarnya itu hanya sedikt dari sifat – sifat ku sih.  Tapi coba dilihat, tidak ada yang benar – benar melankolis kan? Tidak mungkin seseorang 100% melankolis. Bahkan melihat gambaran diatas saja sifat – sifat ku cukup merata kan? yaaa kecuali sanguinis. Hehe entah ada di bagian mana sifat yang satu itu?

Aku berfikiran, karena sifat itu bisa diubah, dengan mengetahui bagian – bagian mana dari sifat buruk kita, kita bisa mengubahnya. Tentu dengan perjuangan berat. Hehe.. aku juga ingin sekali memunculkan sedikit sajalah sifat sanguinis. Aku selalu salut dengan orang yang punya banyak teman disana sini, aku anggap pasti pada bagian itu dirinya sanguinis. Tapi aku tidak suka dengan orang yang banyak omong dengan cerita yang tidak bermanfaat dan lelucon bodoh, terlalu berisik. Hehe maaf yaa? J

Kalau dalam tes kepribadian itu, sifat – sifat dijabarkan satu persatu. Melankolis dengan kriteria ini, ini, ini, blablabla...... korelis seperti ini blablabala.... kesalahan sebenarnya terletak di situ. Tidak jelas pada bagian mana sifatnya yang melankolis, korelis, plegmatis, atau sanguinis. Orang yang mengetahui secara sepihak akan mamandang secara parsial bahwa ooooo, si anu sifatnya seperti ini toohhh. Padahal yang mengetahui
sifat kita itu ya cuma kita sndiri kan? Mana ada orang yang seratus persen tau sifat kita yang sebenarnya, termasuk ibu kita. Kecuali Yang Maha Mengetahui tentunya.

Sekianlah pembahasan ini, mungkin takkan ada habisnya hal ini dibicarakan sampai kiamat nanti. Biarlah mau seperti apa anggapan orang. Yang tau dirimu ya hanya kau dan Tuhan. Itu sudah cukup.