Saturday, April 13, 2013

Kebingungan Itu Tidak Puitis


Gambar, nada, dan kata
Sungguh sangat indah
Menelanmu bulat – bulat kedalam imagi
Tak menyisakan apa – apa
Apa yang mau kau lakukan?

Sebenarnya mau jadi apa?
Dokter, insinyur, musisi, seniman, penulis, atau pebisnis
Ataukah politisi?
Dirimu belum juga menjawab
Sebenarnya apa yang kau mau?

Sudahlah, pertempuran dalam kepalamu itu tak memakan korban jiwa
Tak juga bisa merebut kota roma
Atau merebut konstantinopel
Terserahlah
Lebih baik kau jalani saja

Tak apa bingung, bahkan aku bingung pada dirimu
Pasti nanti kau temukan sesuatu
Sesuatu yang memberikan mu baju
Akan jadi apa nanti
Kita lihat saja

Friday, April 12, 2013

Sampah di Belakang



Tulisan ini hanya mengisahkan kejadian hari ini yang sangat dalam memukul "my dumb-side".
semoga "dia" cepat mati.

Hari ini, 12 April 2013, hari terakhir ujian tengah semester di Departemenku TIN. Mata kuliah yang diujiankan adalah Manajemen Lingkungan Industri. Kalau dilihat dari nama matakuliahnya sudah terbayang pasti tipe – tipe mata kuliah seperti apa yang satu ini. Yep, entirely text dan kita harus bisa memahaminya (padahal yang dilakukan mahasiswa adalah mencoba menghapal). Jam 8 pagi tepat, ujian dimulai, lembar soal dibuka satu persatu sampai habis, zonk, sangat tidak diharapkan soal seperti ini yang keluar. Soal semacam ini lah yang bisa menghancurkan nilai. Soal ini bentuknya isian dan tentunya telah memiliki jawaban yang sangat pasti dan istilah ku menyebutnya tak dapat digoyang alias saklek. Perlu diketahui juga bahwa materi untuk periode UTS ini terbilang cukup banyak dan dengan tambahan ekstra pedas, hehe... maksudnya harus dengan tambahan usaha keras untuk bisa memahaminya karena semua materinya berbahasa inggris dengan istilah – istilah atau phrase yang lumayan tinggi.

Untuk hal seperti itu sebenarnya no excuse. Memang karena aku saja yang malas dan tidak mencicilnya dari awal dan sedikit masa bodoh dengan mata kuliah satu ini. Ya karena mindset yang terbentuk sebelumnya adalah hal terpenting itu pemahaman walaupun materi yang di serap tidak seutuhnya masuk, dengan sedikit logika dan nalar semua pertanyaan – pertanyaan essay munkin bisa dijawab dengan lantang dan lugas. Itulah indahnya bermain dengan kata – kata. (hahaha... mahasiswa macam apa kau ini????)

Oke, temen di sebelah ku sudah selesai sepertinya. Dia dengan tenang duduk dan melipat kedua tangannya di atas meja kemudian menundukkan kepalanya, aku pikir dia mencoba untuk tidur sejenak. Well, setengah pun dari soal belum terjawab dengan perasaan yakin di dada bahwa yang ku jawab itu akan di centang sebagai jawaban yang benar. Sekali lagi bahwa jawaban dari soal itu adalah jawaban pasti seperti  1 juta di kalikan nol hasilnya NOL = ZERO. Apa bloeh buat, akhirnya aku selesai mengisi tempat kosong di soal itu dalam waktu 67 menit. Entah apa yang aku isi di titik – titik mengesalkan itu. Yang pasti aku sadar hasilnya tentu sesuai dengan apa yang aku lakukan, sesuai dengan usaha yang aku lakukan untuk menghadapi ujian ini.

Kebetulan aku dapat kesempatan duduk di belakang hari ini, tidak ada niat untuk menyontek apapun dari teman sebelah atau di depan, lagipula dengan keterbatasan pengelihatan yang aku miliki, Allah SWT mengajarkanku agar tidak memperdulikan jawaban yang tertulis di kertas teman sebelahku saat ujian. Tidak mudah memang  duduk di tempat paling belakang, tepatnya di bagian sudut paling belakang seperti ini. Selama 90 menit waktu ujian berlangsung aku bisa melihat ekspresi setiap teman seperjuangan ku. Ada yang gelisah setengah mati, ada yang cuek, ada yang tersenyum bahagia karena apa yang dipelajarinya mungkin masuk di dalam soal – soal itu. Ada pula yang selalu menghela nafas dalam – dalam kemudian melepaskannya sehingga timbullah suara lepas dari dalam dadanya dan membuatku tersenyum sendiri ketika mendengarnya. Banyak yang melihat kelangit - langit, memejamkan mata, atau terpelongo mengharapkan jawaban jatuh di depan mata mereka. Padahal kalu ditelaah, setiap soal tadi tentu sudah ada jawabannya di dalam materi, dan aku sudah bisa membayangkan seperti apa seharusnya jawaban itu, kalau saja otakku bisa mengingatnya dalam satu malam pasti aku bisa mengerjakan 40 soal itu dalam waktu 15 menit, dan akan menyisakan 75 menit berharga yang pastinya bisa dinikmati ke relung sampai terdalam di hari terakhir UTS. Tapi itu hanyalah khayalan belaka.

Satu persatu teman – temanku meninggalkan ruangan, meskipun aku telah menyelesaikannya, aku tetap tidak mau beranjak dari tempat duduk karena memang aku ingin melihat apa yang terjadi sampai detik terakhir ujian ini. Beberapa teman melangkahkan kakinya dengan ringan untuk berdiri, tapi beberpa lagi sangat sulit sepertinya untuk beranjak. Memerlukan energi penuh untuk bisa berdiri dan mengantarkan naskah ujian itu. The last five minnutes, tersisa 3 orang lagi diruangan itu termasuk aku sebagai the big looser today. Sampai akhirnya kami dipaksa untuk meninggalkan ruangan. Dengan tersenyum aku keluar ruangan itu sambil menghela nafas. 

Sudahlah, tidak usah dibahas lagi, tulisan ini hanyalah sampah yang aku posting agar orang yang membacanya (kalaupun ada yang mau baca, hahaha) bisa mengambil pelajaran diari cerita ku (sekali lagi, kalaupun ada pelajaran itu). Yang terpenting sekarang adalah berdoa, semoga saja nilainya tidak begitu amblas, sehingga masih bisa menimbunnya lagi di periode UAS untuk mendapatkan nilai akhir yang memuaskan.

Let see how bad the mark is. Let see how hard should I take a blow to cover it. And let see the last mark I’ll get. Stay Optimistic!

Be Gone Laziness!


Pip pip Cheerio!

Monday, April 1, 2013

Kakak Ku


Nama belakang ku adalah Pratama. Bukan sebuah marga, hanyalah sebuah pertanda bahwa aku adalah seorang anak sulung dari 3 bersaudara. The Three Brothers, itulah nama persatuan yang kadang aku katakan kepada kedua adik laki – laki ku ketika kami berkumpul dan bercerita tentang banyak hal.

Tapi, dari mana judul ini bisa diangkat sedangkan aku tidak punya seorang kakak?

Mimpi di siang bolong mungkin bisa punya kakak. Adanya juga aku sebagai anak sulung selalu menjadi panutan adik – adikku di rumah. Segala kegiatan yang mereka lakukan di sekolah maupun di rumah tak lepas dari berkaca pada kegiatan ku. Syukurlah mereka selalu memandang setiap sisi baik yang bisa aku tonjolkan di rumah. Hasrat mereka untuk bisa melampaui capaianku harus ku acungi jempol dan harus terus aku dukung.

Dibalik itu semua, sebenarnya aku ingin sekali bisa memiliki seorang panutan.

Luar biasa memang,
Allah mempertemukan kita, cerita kita bertukar, pikiran tersinkronisasi, canda dan tawa pecah ketika bertemu...

Jelas aku tak bisa menahan kekagumanku pada mu kak. Karaktermu kuat. Analisismu tajam. Pikiranmu kritis. Extraordinary woman. Tetapi sifat ke-kakak-an mu terlalu kental dan tak bisa ku nafikan bahwa kau hanyalah seorang yang asing dan tiba – tiba masuk ke dalam hidupku. Memberi suntikan energi.

Tingginya hanya sekitar satu setengah meter kotor, dibalut dengan jilbab panjang anggunnya kemanapun pergi, dengan rok dan tampilan gaun seorang muslimah sejati, kau terlihat begitu lemah kak, apalagi badan mu yang kurus itu, membawa ransel berat berisi laptop kesayangan dan buku – buku entah untuk kuliah atau bacaan saja. Tapi tak kusangka, ternyata dia kuat, jalannya begitu cepat dan bersemangat seperti serdadu yang siap mati di garis depan. Tawa, canda, instruksi, perkataan, celotehan, nasihat , selalu keluar dengan intonasi yang jelas dan terlihat bahwa kau itu orang yang sangat cerdas. Berwawasan luas.

Bagaimana tidak kagum, SMP saja kau mungkin sudah menamatkan belasan judul buku, mungkin lebih. sedangkan aku? entah apa yang membuatku bisa tunduk pada rutinitas. pikiranmu kak, yang anti-mainstream itu lebih dari out of the box. That's remarkable and a little bit bothering me. bagaimana kau bisa seyakin itu dengan jalan pikiran mu?

Tak usah banyak berkata – kata lagi sepertinya, yang terpenting rasa hormatku pada mu ini, kekaguman ku, dan segala cerita yang kusampaikan padamu, membuatku merasakan, ohh.. sperti ini sensasi memiliki sosok seorang kakak. Seperti ini punya figur yang bisa dijadikan panutan, lecutan, untuk bisa lebih baik. Kakak ku, makasih banyak.

Sekarang kau bagian dari keluargaku, Hidupku. Selamat datang. J