Seketika teringat pada sebuah bait lirik lagi Bon Jovi,
Livin on a prayer.
Theodore Roosevelt |
Lagu ini dahulu cukup aku senangi diantara lagu-lagu Bon Jovi
lainnya. Sedikit menelaah, lagu ini bercerita tentang sepasang suami istri yang
berjuang keras dalam menjalani kehidupan. Tommy namanya, dia seorang buruh yang
bekerja di pelabuhan. Istrinya Ginna, bekerja sepanjang hari di diner. Mereka berdua berbagi duka. Beratnya
mencari nafkah membuat Ginna tidak tahan dan berpikir untuk lari, tetapi Tommy
berbisik padanya: Baby, It’s Okay...
Someday... We got to hold on to what we’ve got, it doesn’t make a difference if
we make it or not, we’ve got each other and that’s a lot of love. We’ll give it
a shot.
Hehe... tapi sebenarnya kali ini bukan hal itu yang membuat
aku ingin menulis. Bait inilah: it’s a
half way there, we livin on a prayer, take my hand and we’ll make it I swear.
We livin on a prayer.
Yeah. Its just half way there. I’ve taken my half way two
years ago.
Wisuda. Tentunya bukanlah tujuan akhir. Tapi 2 tahun sudah
aku jalani perkuliahan, dan sebentar lagi akan menempuh setengah sisanya, wisuda
adalah dambaan setiap mahasiswa. Kan benar? Kan aku tidak salah? Wisuda adalah
titik awal dari sebuah penutup lembaran lama menuju dunia nyata pikirku.
Setengah lagi kebahagian sebagai mahasiswa akan berakhir. Kata orang, ambillah postgraduate biar kau tetap bisa disebut
sebagai mahasiswa, jika kau ingin. Hmm... sudah sejauh langkahku sekarang jika
tanpa izinNya tak mungkin aku sampai ke tanah ini. Pun jika Dia menghendaki,
tentu aku ingin melanjutkan studi. Tepat seperti lagu ini, Berusaha dan berdoa.
Aku pun begitu.
Tak inginku setengah jalan yang lalu menjadi hampa. Tak
ingin juga setengah jalan kedepan tak meninggalkan bekas apa-apa. Sampai pada
garis dimana aku harus memulai lagi.
No comments:
Post a Comment