Monday, July 1, 2013

Museum Traveling (Part 1: Museum Perjuangan Bogor)

Assalamualaikum..
Liburan kali ini memang berbeda dan harus berbeda dari sebelumnya. Kalau tahun lalu aku pulang kerumah setelah UAS berakhir kali ini tidak. Walaupun misi utamanya memang hanya berupa nilai terbaik di satu mata kuliah mayor 3 SKS, tapi waktu yang diselipkan diantaranya begitu banyak dan melimpah. Syukurlah ada kakak yang bisa memberikan rekomendasi. Tak pernah terfikir sebelumnya bahwa kekosongan waktu ini bisa dimanfaatkan untuk menjelajah kota kedua ku ini. Sedikit malas beranjak dari Dramaga sebenarnya kalau mengingat panas dan macetnya kota bogor, belum lagi menatap STNK yang sudah mati sejak 19 Juni lalu. Ah, masa bodo, dari pada bengong, maybe IT’S TIME TO EXPLORE. :D

Destinasi pertama, Museum Perjuangan, Jalan Merdeka No. 56

Masuk ke dalam halaman museum rasanya aneh, museum ini berada ditengah keramaian, tapi miris melihat kondisinya yang sepi. Aku masuk sendirian, tidak ada satupun orang yang berkunjung. Hanya ada sorang bapak yang mencabuti rumput liar di halamannya. Bahkan sang penjaga tidak ada. Baiklah, untung bapak itu mau mengurusi registrasi ku. Rp. 3000 cukup untuk menikmati aroma perang menuju kemerdekaan. Saat masuk, aku disambut dengan patung hijau setengah badan Kapten TB.Muslihat. Beliau lahir di pandeglang 25 September 1925, gugur pada tanggal 25 Desember 1945. Ada apa dengan tanggal 25 dalam hidupnya. Tak disangka ternyata ada juga pahlawan besar yang lahir pada tanggal yang sama dengan aku lahir. Hehehe (jadi pengen ziarah ke makamnya :D)
Kapten TB.Muslihat

Museum ini diisi oleh berbagai maccam senjata perang yang digunakan para pejuang kita dahulu. Mulai dari bambu runcing, molotov, senapan, sampai senjata berat seperti gambar satu ini

Yap, ini adalah senjata anti pesawat tempur yang digunakan para pejuang untuk menjatuhkan gempuran musuh dari angkasa. Ada pula mortar, granade thrower, jenis – jenis granat, berbagai macam pistol yang tentu kesemuanya masih menggunakan bahan dari besi yang tebal dan berat. Ada pula senapan mesin automatic hasil dari melucuti persenjataan tentara Dai Nippon yang lari terbirit – birit setelah Hiroshima dan Nagasaki di bom atom Amerika. Kesempatan itu tidak disia-siakan pejuang kita untuk memperkuat sistem persenjataan. Persiapan kemerdekaan.

Beberapa Koleksi Senjata Berat dan Amunisinya
Selain itu, ada pula diorama – diorama yang aku sendiri tidak mengetahui cerita dibalik diorama itu.

Ada juga klipping surat kabar tempo dulu yang memuat tulisan Soekarno dan Hatta pada saat HUT RI ke 1. Beserta ucapan selamat dari berbagai negara lain seperti India, Mesir, dan Australia. Naik ke lantai dua, suasana lebih menyeramkan bro. Gua sendirian mameennn...
Beberapa klipping surat kabar Berbahasa Belanda dan Indonesia

Ada banyak baju – baju bekas milik para pejuang kita yang membuat ruangan ini terlihat lebih spooky, ada baju, sepatu, celana, baret, dan lainnya. Tetapi yang lebih menarik adalah melihat peralatan seperti telepon kuno, mesin ketik, dan mesin apa lagi yang satu ini aku lupa. Hehe.
Peralatan yang digunakan untuk menunjang perlawanan terhadap agresi Belanda

Yah inilah perjalanan singkat ku di museum perjuangan. Di akhir perjalanan aku bertemu dengan bapak sang penjaga museum. Ternyata beliau berujar, “museum ini ga pernah sepi pengunjung kok, pasti ada saja setiap hari.” Yah mudah – mudahan lebih banyak lagi orang yang mau berkunjung ke museum dan mencoba peka akan sejarah perjuangan para pemuda dan seluruh rakyat di medan perang maupun di meja perundingan. Kalau dulu mereka kalah dalam perjuangan, coba berimajinasi, ada di mana kau sekarang?

Bersambung...

3 comments:

  1. *akhirnya*
    cie.. yg ke museum sendirian.
    kk ngebayangin itu museum spooky habis.
    untung isi nya bukan museum lubang buaya.
    btw, kk lahir di pandeglang juga lho. :D

    *tapi kk jadi berntaya2, knp komen yg waktu itu bisa ke-submit yak?

    ReplyDelete
  2. kemarin belum diubah tampilannya mungkin. inikan tamplan ga resmi dari luar, makanya rada ribet. hehe..

    ReplyDelete