pertama, komunikasi yang diikuti retorika dan politik bukanlah komunikasi yang murni dari hati. tapi murni dari logika. goalnya adalah bagaimana kepentingan yang dibawa dalam komunikasi itu bisa terwujud. memberi pengertian, memuji lawan bicara, mengagung-agungkannya, memberi teguran menyelekit namun sambil tersenyum dan tertawa palsu, dan banyak hal yang terkesan dipaksakan untuk ramah padahal adalah halyang tajam untuk diungkapkan pada lawan bicara. begitulah adanaya. memuakkan bukan?
kedua, ketidakjujuran seringkali menjadi alat terbaik untuk berkelit dalam komunikasi seperti ini. bisa saja berkaa telah melakukan ini itu untuk hal ini itu, namun kenyatannya nihil. memberi impresi pada lawan bicara agar menganggap dirinya berada pada kelas intelektual lebih tinggi, namun kenyataannya hanya retorika belaka.
ketiga, seringkali jenis komunikasi kotor ini disebut sebagai seni, namun tak ada keindahan sama sekali yang terletak didalamnya, hanya kepalsuan, kepalsuan, dan kepalsuan.
kebenaran yang diperjuangkan bagi orang yang satu belumlah tentu dianggap sebagai kebenaran bagi pihak yang lain. maka, seperti apakah komunikasi yang baik untuk menyamakan persepsinya?
aku bertanya.
No comments:
Post a Comment