Tuesday, December 10, 2013

Membumi, Mendunia.

Siang tadi aku melintasi ruang dekanat fakultas sebelah kemudian memperhatikan dua kata itu yang dihubungkan dengan kata penghubung “dan”, tercetak rapi di dinding kaca lobinya. Tulisan tersebut benar-benar mentereng diantara ornamen ruangan lainnya sehingga mata manusia pasti tidak bisa melewatkan tulisan yang terpampang sombong berkilatan terkena cahaya lampu itu. Sebenarnya bukan baru pertama kali ini aku melihatnya, tapi entah kenapa kali ini terlihat begitu bermakna.

Aku sangat suka dengan visi dekanat sebelah itu. Rasanya, visi itulah yang saat ni dibutuhkan bangsaku. Interpretasi awam ku mengartikan frase tersebut sebagai pengangkatan drajat bangsa dengan segala sumberdayanya menuju tataran persaingan bangsa-bangsa di dunia. Down to the earth and go Internasionalized or Globalized. Sungguh suatu cerminan kebijakan yang sangat luar biasa, dimana kita, dengan segala kemampuan yang kita miliki, mendekat pada bumi pertiwi, membawa ruh garuda dengan jasad nusantara, bertarung penuh percaya diri di ring internasional.

Sayangnya, tahapan pertama yang harus dipenuhi yakni membumi belum lagi kita lakukan, sehingga kita pun belum mungkin untuk mendunia. Mungkin ini hanya anggapan ku saja, mungkin juga bisa diartikan sebagai keraguanku terhadap kemampuan anak bangsa, saudara-saudaraku sendiri. Tapi jelas aku melihat ketimpangan yang sangat besar antara mahasiswa, kaum intelektual, dengan masyarakat Indonesia pada umumnya, belum pula dibandingkan dengan masyarakat di pelosok negeri ini. Jelas kita belum membumi.

Lihat Jepang, dengan kultur dan kebudayaan kuatnya mampu membawa bangsanya menjadi terkemuka di dunia, menjadi mendunia. Jepang juga tak lantas terjebak dalam kekolotan tradisi nenek moyangnya. Mereka juga melakukan adaptasi sehingga ilmu-ilmu modern barat dapat mereka kuasai dan mereka gunakan sebaik-baiknya untuk bangsa Jepang, meratakan penyerapan ilmu-ilmu ke setiap penjuru jepang, serta melakukan inovasi atas dasar kebutuhan masyarakatnya. Mereka itu telah membumi.

“Ibaratnya begini, jepang adalah tanahnya dan barat adalah benihnya, jadi walaupun yang tumbuh adalah pohon barat, tetapi pohon tadi telah memeiliki sifat-sifat khas jepang.” Kata Soe Hok Gie dalam script film garapan Riri Riza.

Mungkin tulisan ini bisa dianggap sebagai tulisan pengecut yang ingin melarikan diri dari Asean Economic Community 2015 dengan mencari-cari 1001 alasan. Terserah, tapi Indonesia bukan hanya milik orang-orang berilmu yang ambisius, Indonesia ini juga punya mereka yang di pelosok sana. Orang-orang ambisius itu, aku yakin sudah sangat siap, tapi mereka?

Aku jadi ingin semakin membumi, membawa amanah ilmu di perguruan tinggi negeri ini kembali kepada mereka yang memberi subsidi. Agroindustry down to earth.

No comments:

Post a Comment