Tau ada agenda apa di tgl 24 September? Mungkin hanya sangat kecil seprti atom ukuran jumlah manusia di Indonesia ini yang tahu. Pun
begitu di pusat pengembangan disiplin ilmunya. Yah, di sini, di kampus
pertanian, kenyataan pahit memang terpampang jelas. Bahwa ada sesuatu yang
salah, ntah itu dari mana atau apa aku tak tau. Bukankah harusnya tanggal ini
menjadi salah satu tanggal penting di kampus ini?
Oke, tanggal 24 September itu adalah Peringatan Hari Tani.
Tanggal 24 September dipilih untuk memperingati tanggal keluarnya UU Pokok Agraria
tahun 1960 yang menandai tentang betapa pentingnya peran petani. Sudah selama
itu UU pokok agraria dikeluarkan, maka timbulah pertanyaan, sudah sejauh apakah
petani kita tersejahterakan?
Kebijakan pemerintah setelah selama kurun waktu 7 dekade
sejak ditetapkannya UU Pokok Agraria itu pun belum memberikan dampak yang
positif bagi para pejuang kehidupan kita, para petani. Bahkan sejak mengakarnya
kapitalisme dan liberalisme di bumi pertiwi ini, maka makin terperosoklah mereka
kedalam lumpur sawah yang mereka ingin jadikan sumber penghidupan. Para petani
hanya menjadi buruh di atas tanah nenek moyangnya. Yang berkuasa adalah para
tuan tanah. Tidak cukup sampai di situ, harga pupuk, pestisida, dan bibit yang
mahal tak sebanding dengan hasil yang akan mereka peroleh. Subsidi dari
pemerintah tidak cukup besar untuk meringankan beban mereka, sedangkan harga
hasil pertanian di pasaran begitu rendahnya. Gambaran bahwa pemerintah masih
enggan melirik pada penyejahteraan rakyatnya, kebodohannya yang tidak taktis
dalam investasi jangka panjang dengan keunggulan alamiah bangsa kita, atau
bahkan hal ini terjadi karena para pejabat itu sudah menjual harga diri bangsa
pada pemegang modal? Dan pemberi hutang pada negara kita yang toh nantinya
diberatkan juga ke rakyat?
wahai bapak ibuku yang bersedih. Bersabarlah pak, bu. Aku tak tau kalian harus bersabar sampai kapan. Kalau kalian mau, mogok saja setahun. Cari penghidupan yang lain, tanam saja apapun untuk diri kalian, jangan dijual kemana - mana. Biar kami tau rasa betapa pentingnya keberadaan dan pekerjaan mu itu. Biar kami mengerti bahwa memang uang yang kami genggam ini tak bisa di makan.
Kenyataan pahit lagi, bahwa di kampus ku ini masih banyak
teman – teman yang tau dan tak mau tau akan hari tani. Tidak usah lah pikirkan
hari taninya. Yang lebih penting bukanlah tanggalnya tetapi para petani
sesungguhnya. Bagaimana mungkin kita mahasiswa pertanian bisa melupakan mereka?
Apakah pelajaran yang kita terima ini terlalu berbau
kapitalis dan liberal? Segala – galanya seperti bertuhankan modal, berorientasi
terhadap keuntungan, menyerah pada mekanisme pasar. Dengan memperhalus kata –
katanya menjadi nilai tambah produk, membeli komoditas dengan harga murah dari
petani, memprosesnya atau dikatakan memberi nilai tambah pada komoditas,
kemudian menjualnya dalam bentuk produk yang baik dan memiliki margin
keutungan. Baiklah itu memang tidak dilarang, itu adalah suatu yang baik juga,
apalagi mampu membuka lapangan pekerjaan baru. Tapi ketika bicara
keterkaitannya tentang ketamakan manusia maka akan menjadi lain soal. Apakah
akan ada rasa cukup bagimu meraup keuntungan – keuntungan itu? Aku rasa tidak.
Kenapa tidak kau kembalikan lagi apa yang kau peroleh untuk kesejahteraan
petani yang telah menyediakanmu bahan baku itu? Yang telah mencukupi kebutuhan
gizimu sehari hari kawan?
No comments:
Post a Comment