Jejak Langkah
"Ilmu pengetahuan, Tuan-tuan, betapa pun tingginya, dia tidak berpribadi. Sehebat-hebatnya mesin, dibikin oleh sehebat-hebat manusia dia pun tidak berpribadi. Tetapi sesederhana-sederhana cerita yang ditulis, dia mewakili pribadi individu atau malahan bisa juga bangsanya."
Melanjutkan Perjalanan Raden Mas Minke yang akhirnya bisa
pergi ke Batavia untuk menempuh pendidikan sebagai mahasiswa di STOVIA. Sang
calon dokter ini tidak mendapatkan passionnya di sini, dia tetap menulis,
berhubungan dengan orang-orang pentin Gubermen hindia belanda, dan bahkan
menjalin cinta kasih dengan seorang Tionghoa, Ang San Mei, seorang wanita yang
sangat loyal pada bangsanya. Pergerakan Mingke mulai terbentuk di sini, tulisan
– tulisannya mulai berbahasa Melayu, meninggalkan kebiasaan lamanya membuat
tulisan dengan bahasa Belanda. Bahasa merupakan pintu gerbang informasi dan
pengetahuan. Kebanyakan bangsanya telah mengerti dengan bahasa Melayu ketimbang
bahasa belanda yang hanya diketahui oleh para terpelajar pribumi saja.
Bersama Ang San Mei istrinya, ia juga melihat bagaimana
organisasi yang berjalan di tubuh Tiionghoa Hwe Koan (THHK) untuk
memeprjuangkan revolusi di Tiongkok. Ang San Mei yang merupakan anggotanya juga
terus aktif menyokong organisasi ini. Bahkan sampai akhirnya tubuh Ang San Mei
yang lemah jatuh sakit dan meninggal. Cukup tragis cerita yang mendasari
kematiannya itu.
Mingke dikeluarkan dari Stovia di tahun ke-5. Dia tidak
menyesal dan bahkan bersukur. Dari sini dimulailah Jejak Langkah perintisan
organiasasi yang akan di tancapkan oleh Sang Pemula. Dia meulai membentuk
Sjarikat Prijaji. Membangun Mingguan ‘Medan’ yang berbahasa Melayu sebagai
media cetak pribumi Pertama. Meski Sjarikat Prijaji tidak berjalan bahkan
padam, namun ‘Medan’ Justru melambung hingga membentuk harian ‘Medan’.
Kemunculan Boedi Oetomo menjadi pukulan besar baginya. Organisasi ini hanya
menerima anggota berbangsa jawa dengan status keterpelajaran yang tinggi.
Mingke melawan, bagaimana mungkin di Hindia yang Berbangsa-ganda dibuat
organisasi yang hanya diperuntukkan pada bangsa Jawa? Dia tidak setuju.
Bersama teman-temannya yang masih bisa bekerjasama di
Sjarikat Prijaji yang telah mati ia membangun kembali sebuah organisasi
berbangsa ganda, dengan landasan keanggotan berdasar Agama dan Dagang secara
luas. Sjarikat Dagang Islamiyah. Organisasi ini melambung jauh meninggalkan
keprimitifan Boedi Oetomo. Mengadopsi teknik propaganda Boedi oetomo dengan
alat yang lebih efektif yaitu harian ‘Medan’ hingga propagandis terpercaya yang
langsung terjun ke seluruh penjuru tanah air, menyosialisasikan senjata
pamungkas SDI yaitu Boycott. Mingke mempersenjatai anggotanya dengan Boycott
ini untuk melawan kesewnang-wenangan aturan yang diterapkan Gubermen Hindia
pada pribumi sambil terus membantu memecahkan permasalahan hukum yang di alami
bangsanya.
No comments:
Post a Comment