Assalamualaikum wr.wb..
Subang dan Bogor sama-sama daerah kabupaten, namun Bogor memiliki wilayah kota yang dipimpin oleh walikota sedangkas subang memiliki kota yang dikelola sepenuhnya oleh kabupaten.
Subang... yup.. kota yang bersahaja ini sangat damai sepertinya. Waktu bisa berjalan lambat di sini. Berbeda dengan bogor yang tiap detiknya begitu berharga, begitu cepat denyut nadinya.
Yang ingin aku soroti adalah soal angkot, yaelah... semua orang juga udah pasti tau gimana angkot bogor. Tapi siapa yang tau angkot subang? Prilaku supirnya? Panjang trayeknya?
Sebagai perbandingan saja, maka aku ambil kota bogor yang telah kurang lebih 3 tahun aku kenal.
Angkot subang yang baru aku tau hanya angkot dengan trayek berikut ini:
1. Sadang-kalijati,
2. kalijati-subang
3. subang-kalijati-purwadadi
dan ditambah beberapa bus ¾ yang selalu melintas yang volumenya lebih banyak ketimbang volume angkot.
Dari subang ke sadang maksimum pukul 8 (kalau tidak bisa nginep di masjid hehe...) dan dari arah sadang ke subang maksimum pukul 10, kalau untuk jalur ini masih banyak juga bus besar yang melintas hingga pukul 10 malam itu.
Sekali perjalan maksimum dari awal sampe akhir trayek kita harus mengeluarkan kocek sebesar Rp.5000 baik dengan bus atau angkot.
Okeh, kita fokus pada ketiga trayek angkot itu saja ya...
kalian tau berapa jarak Sadang hingga kalijati? 25 Km broo... kalo di google map sih katanya bisa ditempuh selama 26 menit. Tentusaja dengan asumsi kemacetan 0%. nonsense lah kawasan insdustri tidak macet. Belum lihat sebesar apa truk-truk yang melintas. Yahh... sebesar Optimus Prime dengat perangkat senjatanya lengkap mungkin dikali puluhan Optimus Prime lainnya. Sungguh harus bersabar.
Sedangkan kalijati-subang sejauh 26 Km. Hmm
bagaimana dengan subang-kalijati-purwadadi? 26+12 Km = 38 Km. Bayangkan mereka harus bolak-balik melalui jalur yang sama? Semua dengan kondisi yang sama. Macet di jam berangkat kerja sekitar pukul 7-9 pagi dan pulang kerja sekitar pukul 5-6 sore. Sisanya.... sepi bung. Bagaimana dengan setoran supir-supir angkot itu?
Satu dua penumpang selain di jam sibuk itu tentu tak cukup menutupi biaya operasional mereka terutama BBM.
Bayangkan perbedaannya dengan Bogor yang jam sibuknya hampir setiap waktu, dari pukul 5 pagi sampai pukul 10 malam, angkot-angkot pun masih penuh didesaki para penumpangnya.
Walau bagaimanapun para supir angkot di Subang sangat aku acungi jempol ketimbang Sopir angkot di Bogor. Bagaimana tidak? Mereka sangat tidak agresif mencari penumpang. Sangat sabar dan ramah. Yang pasti mereka selalu patuh untuk mengantarkan penumpangnya meski dari ujung ke ujung trayek, meskipun hanya satu orang penumpang yang diantar, dengan bayaran selembar uang 5000, sambil sabar mencari penumpang dijalan dengan kecepatan sedang.
Itu terjadi pada ku, perjalanan dari subang ke kali jati pukul 7 malam. Sudah tak ada orang lagi yang menunggu di tepi jalan yang ingin bepergian dan menyetop angkot. Sudah tak ada.
Hanya aku dan pak supir bercerita panjang tentang kehidupannya yang begitu sulit, ditemani lagu-lagu dari transmisi radio kota Subang.
Aku tak ingin mengomentari bagaimana tabiat angkot bogor yang aku pikir jelas-jelas pemasukan mereka juga lebih besar tentunya ketimbang para supir di Subang ini. Meski aku tak tau pasti berapa setoran yang harus merka bayar. Mungkin lebih tinggi dari para supir angkot di subang. Mungkin karena juga saingan yang begitu banyak juga menyebabkan mereka bersikap dan bertabiat seperti itu? Agresif.
Mungkin para supir angkot bogor harusnya lebih banyak bersyukur bila mereka tau betapa pahitnya menjadi supir angkot di kabupaten subang.
Wassalam.
Selamat menunaikan ibadah Shaum Ramadhan. Khusus bagi para supir angkot yang selalu bekerja keras menyambung kehidupan mereka, untuk istri dan anak-anaknya dengan rezeki yang halal.
Salut for them.. :)
Sunday, June 29, 2014
Sunday, June 22, 2014
Bersyukur dan Bersabar
Assalamualaikum wr wb
Setelah lama sekali tidak menulis, aku kumpulkan
sedikt mood yang tercecer berantakan untuk menulis kembali. Sebenarnya bukan
tidak pernah menulis lagi sepanjang rentang waktu dari postingan terakhir.
Bahkan tergolong banyak ide yang keluar, aktivitas yang menarik, apalagi
beberapa agenda luarbiasa yang telah aku lakukan, namun belakangan aku sedikit
menyimpan cerita cerita indah itu untuk ku sendiri, dan yang mengalaminya
bersama ku. Biar saja, sedikit pelit kan boleh? Hehe..
Yup.. hari ini memang bukan pertama kalinya
menginjakkan kaki di Subang,
tetapi ini hari pertama dari hitungan hari perjuangan Praktik Lapangan.
Bersyukur,
adalah hal selalu harus dilakukan setiap orang mestinya, termasuk aku dalam
Praktik Lapangan ini. Tentu saja bersyukur adalah hal yang paling aku utamakan.
Sampainya aku disini semua adalah jalan-Nya, semua adalah karena bimbinganNya. Setelah
berusaha mencari-cari perusahaan yang bersedia menampung kami menimba ilmu,
berdoa juga tak luput dilakukan tiap waktunya. Sampai pada akhirnya terjawablah
semua kegelisahan itu. Bersujud, menengadahkan tangan, bibir dan hati yang tak
henti berterimakasih padaNya, bersyukur.
Allah
menjawab semuanya dengan lantang. Menakdirkan kami berada di sini. Yap..
bersyukur, tiada yang lain.
Nah,
ujian baru saja dimulai sob. Rumah, jauh lebih nyaman dari pada bogor, bogor jauh
lebih nyaman dari pada disini. Kemudahan yang kita dapat di sekitar kampus, tak
serta merta kita dapatkan di tanah perantauan ini. Jauh dari keramaian, sulitnya
akses transportasi, kemudahan mencari barang-barang kebutuhan sehari-hari, itu
lah kenyataan yang harus disyukuri di tempat ini, bersabar jawabannya.
Bersabar
pada hal yang tak mudah kita terima tentu harus diawali dari bersyukurnya kita
berada di tempat ini.
Yah…
kalau dibandingkan dengan teman-teman yang lebih berada di tempat yang
terpencil, bahkan untuk akses komunikasi juga sulit, tempat ini masih jauh
lebih nyaman tentunya.
Tapi
apalah arti sebuah kenyamanan, tanpa ada rasa syukur dan sabar yang
menyertainya. Karena kenyamanan bukan hanya soal senang atau tidak senang, suka
atau tidak suka, tetapi bersyukur atau tidakkah kita disini? Bersabar atau
tidakkah kita disini? Dibalik segala kelebihan dan kekurangannya.
Umar bin Khatab r.a.
berkata : “andaikata sabar dan syukur itu adalah dua kuda tungangan, maka aku
tak peduli mana saja diantara keduanya yang aku tungangi.”
Sabar dan
syukur adalah suatu kesatuan yang tak terpisahkan. Begitulah adanya. Tak ada
yang perlu dipersoalkan lagi sebenarnya. So, be it.. I'll fight for this. I'll take care of it. InsyaAllah..
salam dari Subang. :)
Desa wantilan, Kecamatan Cipeundeuy, Subang, Jawa Barat
-6.501453, 107.604643
Subscribe to:
Posts (Atom)