Monday, November 18, 2013

Stones into School

Dari batu-batuan menjadi sekolah. Apa yang ada difikiran para pembaca ketika mendengar kalimat seperti itu? Mungkin proses pembuatan sekolah? Yaa...hampir mendekati lah ya. Hanya saja sekolah-sekolah yang didirikan itu berada di atap dunia. apa lagi itu atap dunia?

Greg Mortenson, seorang humanis yang memiliki kekuatan humanis itu dari ayahnya, mencoba menerjang sesuatu yang kita bisa bilang itu hampir tidak mungkin. Bagaimana bisa seseorang Amerika, pencinta hiking, bertubuh besar dengan muka lucunya berhasil membangun jaringan pendidikan pada wanita-wanita muslim di daerah-daerah yang luar biasa tak terjangkau? Berada di sudut bumi, katanya. Bahkan berada di atap dunia, disebutnya.


Buku ini adalah suatu sekuel yang dimulai dari buku “Three Cups of Tea”. Perjalanan Greg di buku ini sudah mencapai tataran yang luar biasa menakjubkan. Apakah kau pernah mendengar nama Celah Khyber? Lembah Charpurson? Koridor Wakhan? Bozai Gumbaz? Itulah daerah-daerah yang bahkan tidak diakui oleh negaranya sendiri. Bagaimana keadaan masyarakat yang tinggal di sana?

Daerah-daerah itu berada di sekitar perbatasan afghanistan dan pakistan, dan bagian perbatasan afghanistan-tajikistan. Bisakah kalian membayangkan daerah-daerah seperti apa itu? Daerah-daerah itu bahkan tak tertembus oleh alat transportasi modern apapun yang dimiliki manusia. Belum lagi hal yang berkaitan dengan Thaliban dan kesewenang-wengannya, pembantaian yang dilakukannya, penjarahan,. Sekali lagi, bagai mana keadaan masyarakat yang tinggal di sana?

Di buku ini dicertiakan betama mereka, anak-anak, wanita, pria, menginginkan suatu perubahan. Perubahan yang diawali oleh masuknya ilmu pengetahuan. Mereka sangat menginginkan hal tersebut. Tapi bagaimana mau mendirikan sekolah apabila bahan bangunan saja sulit sekali untuk masuk. Tidak usahlah dulu berbicara tentang bahan bangunan serta guru, bahkan pemerintah mereka sendiri saja tidak tau ada kehidupan di sana. Bukankah itu hal yang menyakitkan, tidak dianggap oleh dan diperhatikan oleh negaramu sendiri.

Dialah Greg, yang ditakdirkan menjadi penyalur hasrat mereka pada ilmu pengetahuan. Dia menghimpun dana dari masyarakat dunia, dipercaya atas keberhasilannya membangun sekolah-sekolah di pakistan, sekarang mulai melebarkan sayapnya menuju Afghanistan. Tentu tidaklah mudah apa yang dilakukannya. Bantuan dari sahabat-sahabatnya seperti Sarfraz Khan teman baiknya, Wohid Khan, Haji Ali gurunya di pakisatan, Abdul Rashid Khan sang pemimpin suku Kirghiz yang menginginkan daerahnya di Koridor Wakhan untuk didirikan sebuah sekolah, dan banyak lagi orang-orang mulia yang mengabdikan dirinya untuk pendidikan masyarat di sudut bumi itu.

Petualangannya bersama orang-orang luar biasa itu begitu indah untuk dibayangkan sebagai petualangan penantang maut yang bertujuan mulia, demi anak-anak yang kekurangan hak pendidikan mereka.
-THE LAST BEST PLACE-

No comments:

Post a Comment