Dari batu-batuan menjadi sekolah. Apa yang ada difikiran
para pembaca ketika mendengar kalimat seperti itu? Mungkin proses pembuatan
sekolah? Yaa...hampir mendekati lah ya. Hanya saja sekolah-sekolah yang
didirikan itu berada di atap dunia. apa lagi itu atap dunia?
Greg Mortenson, seorang humanis yang memiliki kekuatan
humanis itu dari ayahnya, mencoba menerjang sesuatu yang kita bisa bilang itu
hampir tidak mungkin. Bagaimana bisa seseorang Amerika, pencinta hiking,
bertubuh besar dengan muka lucunya berhasil membangun jaringan pendidikan pada
wanita-wanita muslim di daerah-daerah yang luar biasa tak terjangkau? Berada di
sudut bumi, katanya. Bahkan berada di atap dunia, disebutnya.
Buku ini adalah suatu sekuel yang dimulai dari buku “Three
Cups of Tea”. Perjalanan Greg di buku ini sudah mencapai tataran yang luar
biasa menakjubkan. Apakah kau pernah mendengar nama Celah Khyber? Lembah
Charpurson? Koridor Wakhan? Bozai Gumbaz? Itulah daerah-daerah yang bahkan
tidak diakui oleh negaranya sendiri. Bagaimana keadaan masyarakat yang tinggal
di sana?
Daerah-daerah itu berada di sekitar perbatasan afghanistan
dan pakistan, dan bagian perbatasan afghanistan-tajikistan. Bisakah kalian
membayangkan daerah-daerah seperti apa itu? Daerah-daerah itu bahkan tak
tertembus oleh alat transportasi modern apapun yang dimiliki manusia. Belum
lagi hal yang berkaitan dengan Thaliban dan kesewenang-wengannya, pembantaian
yang dilakukannya, penjarahan,. Sekali lagi, bagai mana keadaan masyarakat yang
tinggal di sana?
Di buku ini dicertiakan betama mereka, anak-anak, wanita,
pria, menginginkan suatu perubahan. Perubahan yang diawali oleh masuknya ilmu
pengetahuan. Mereka sangat menginginkan hal tersebut. Tapi bagaimana mau
mendirikan sekolah apabila bahan bangunan saja sulit sekali untuk masuk. Tidak
usahlah dulu berbicara tentang bahan bangunan serta guru, bahkan pemerintah
mereka sendiri saja tidak tau ada kehidupan di sana. Bukankah itu hal yang
menyakitkan, tidak dianggap oleh dan diperhatikan oleh negaramu sendiri.
Dialah Greg, yang ditakdirkan menjadi penyalur hasrat mereka
pada ilmu pengetahuan. Dia menghimpun dana dari masyarakat dunia, dipercaya
atas keberhasilannya membangun sekolah-sekolah di pakistan, sekarang mulai
melebarkan sayapnya menuju Afghanistan. Tentu tidaklah mudah apa yang
dilakukannya. Bantuan dari sahabat-sahabatnya seperti Sarfraz Khan teman
baiknya, Wohid Khan, Haji Ali gurunya di pakisatan, Abdul Rashid Khan sang
pemimpin suku Kirghiz yang menginginkan daerahnya di Koridor Wakhan untuk
didirikan sebuah sekolah, dan banyak lagi orang-orang mulia yang mengabdikan
dirinya untuk pendidikan masyarat di sudut bumi itu.
Petualangannya bersama orang-orang luar biasa itu begitu
indah untuk dibayangkan sebagai petualangan penantang maut yang bertujuan
mulia, demi anak-anak yang kekurangan hak pendidikan mereka.
-THE LAST
BEST PLACE-
No comments:
Post a Comment