Sekali waktu aku pernah melakukan tes kepribadian
“personality plus” beramai – ramai dengan beberapa teman. Yap, hasilnya menunjukkan
persentase tertinggi dengan sifat Melancholis, diikuti dengan koleris,
plegmatis, dan terakhir sanguinis dengan persentase yang hampir merata untuk
ketiga tipe sifat ini kecuali sangunis yang sangat kecil persentasenya. Kontan
saja langsung aku sebagai lelaki dengan sifat melankolis menjadi bahan
tertawaan teman – teman lainnya. Mereka bilang, “cowo kok melankolis, sering
murung ya sendiri di kamar???” Bahkan lagu – lagu favorit ku yang beraliran
classic rock juga terkena imbas, “wah memang bener tuh, org melankolis lagu –
lagunya aja temanya banyak yang meratapi diri.” Sejak kapan lagu classic rock temanya ratapan cuy? coba lihat lagu - lagunya bon jovi? led zappelin? ini lagu balada kehidupan cuy! Begitulah pikiran yang tertanam
secara umum terhadap sifat melankolis. Damn, they just don’t know what they’re
talkin about.
Melankolis itu hanya satu dari 4 kategori sifat yang secara
natural pasti ada dalam diri setiap orang. Sebenarnya aku tidak sependapat
dengan pengkategorian sifat – sifat manusia hanya kedalam 4 tipe ini.
Kecenderungan dari satu sifat itu memang selalu ada, tapi setiap manusia itu
berbeda, aku tidak setuju bila diukur dengan persentase dan angka. We are
human, the most complex creature in the world. Bahkan parahnya, personality
plus sering menjadi acuan untuk menentukan atau men-judge sifat seseorang,
terkadang tanpa melihat sisi baiknya. Bukankah Allah menciptakan setiap manusia itu berbeda satu sama lainnya, bahkan orang kembar siam sekalipun memiliki
perbedaan dalam sidik jarinya. Aku rasa tak kan ada satupun pendekatan yang sempurna untuk menilai
dan mengategorikan sifat – sifat manusia itu sendiri.
Memang yang paling umum digunakan adalah keempat sifat ini, cukup
mewakili, apabila orang – orang mau memandangnya sebagai penilaian holistik,
bukan hanya menilai dari sifat dominannya saja yang dideskripsikan secara
satuan.
Seseorang suka bekerja dengan teliti (m), suka menganalisis sifat
– sifat seseorang entah itu dari gerak geriknya, maupun dari kebiasaannya (m), senang
melihat dan mengawasi (p), bisa menjadi pendengar yang baik (m/p), suka
menggunakan cara termudah dalam mengerjakan sesuatu(p), suka bersantai dan
tempat penuh ketenangan (p), suka bereksplorasi dan bertualang ke alam (k),
tenang dan tidak banyak omong (p), dan saebagainya......
Saking konsistennya jadi sering terbawa oleh pendapat yang
dirasa sudah nyaman (m), kurang vokal menyampaikan pemikirannya yang dia yakin
belum tentu benar (m), saking pentingnya hasil pekerjaan sering di cross check
berulang kali (m), tidak suka melihat orang tidak bekerja sedangkan diri
sendiri sedang bekerja keras dalam satu tim (k), emosi meledak – ledak melihat
orang yang malas bekerja dalam tim (k), keras kepala dalam mempertahankan apa
yang dianggapnya benar (k), dan banyak lagi.......
Hehehe.... sebenarnya itu hanya sedikt dari sifat – sifat ku
sih. Tapi coba dilihat, tidak ada yang benar – benar
melankolis kan? Tidak mungkin seseorang 100% melankolis. Bahkan melihat gambaran
diatas saja sifat – sifat ku cukup merata kan? yaaa kecuali sanguinis. Hehe
entah ada di bagian mana sifat yang satu itu?
Aku berfikiran, karena sifat itu bisa diubah, dengan
mengetahui bagian – bagian mana dari sifat buruk kita, kita bisa mengubahnya.
Tentu dengan perjuangan berat. Hehe.. aku juga ingin sekali memunculkan sedikit
sajalah sifat sanguinis. Aku selalu salut dengan orang yang punya banyak teman
disana sini, aku anggap pasti pada bagian itu dirinya sanguinis. Tapi aku tidak
suka dengan orang yang banyak omong dengan cerita yang tidak bermanfaat dan
lelucon bodoh, terlalu berisik. Hehe maaf yaa? J
Kalau dalam tes kepribadian itu, sifat – sifat dijabarkan
satu persatu. Melankolis dengan kriteria ini, ini, ini, blablabla...... korelis
seperti ini blablabala.... kesalahan sebenarnya terletak di situ. Tidak jelas
pada bagian mana sifatnya yang melankolis, korelis, plegmatis, atau sanguinis.
Orang yang mengetahui secara sepihak akan mamandang secara parsial bahwa ooooo,
si anu sifatnya seperti ini toohhh. Padahal yang mengetahui
sifat kita itu ya
cuma kita sndiri kan? Mana ada orang yang seratus persen tau sifat kita yang
sebenarnya, termasuk ibu kita. Kecuali Yang Maha Mengetahui tentunya.
Sekianlah pembahasan ini, mungkin takkan ada habisnya hal
ini dibicarakan sampai kiamat nanti. Biarlah mau seperti apa anggapan orang.
Yang tau dirimu ya hanya kau dan Tuhan. Itu sudah cukup.